Melestarikan Budaya Jawa dan membangun persaudaraan lintas iman di malam 1 Suro.

Melestarikan Budaya Jawa dan membangun persaudaraan lintas iman di malam 1 Suro.

Sabtu sore 30 Juli 2022, Gereja Kristus Raja Ungaran mengadakan Sarasehan dan Temu Budaya (Suroan). Sarasehan dan Temu Budaya (Suroan) kali ini mengambil tema “Bergerak Bersama sebagai Umat yang Berbudaya untuk Mencintai dan Melestarikan Warisan Budaya yang Adiluhung”. Tema ini diangkat dengan tujuan mengajak umat Paroki Kristus Raja Ungaran untuk ambil bagian dalam upaya pelestarian budaya dan membangun persaudaraan lintas iman yang sesuai dengan ajaran Gereja.

Sarasehan dan Temu Budaya (Suroan) diawali dengan Misa Inkulturasi pada pukul 17.00 WIB yang dipimpin oleh Romo Heribertus Natawardaya, Pr. Dari awal hingga akhir misa sepenuhnya menggunakan Bahasa Jawa dan diiringi dengan musik Gamelan Jawa. Adapun sebelum misa berakhir, diumumkan pemenang-pemenang Lomba Macapatan dan Lomba Nyerat Esai tentang Suronan sebagai bentuk rangkaian kegiatan Sarasehan dan Temu Budaya (Suroan).  Lomba Macapatan dimenangkan oleh Florentinus Anandila Adi Nugraha dari Komunitas Chandra Kirana, Mechtildis Larasati dari Lingkungan St. Lukas, dan Faustina Chelsea Rosari dari SMP Mardi Rahayu. Sedangkan untuk Lomba Nyerat Esai, dimenangkan oleh Vincentius Agus Saryanto dari Lingkungan St. Yohanes Paulus II, Eduardus Krisna Pamungkas dari Lingkungan St. Mikael, dan Emmanuel Agung Harismunanto dari Lingkungan St. Lukas. Setelah misa usai, dilanjutkan dengan peresmian Sumur Suci yang berada di samping Gua Maria. 

Puncak dari acara ini adalah pagelaran Wayang Wahyu dengan alur cerita yang terinspirasi dari kisah Daud dalam kitab Samuel. Dari pagelaran Wayang Wahyu tersebut terdapat pesan bagi umat untuk selalu menjaga hawa nafsu dan bersyukur. “Nafsu itu membuat orang lupa daratan, maka judul (pagelaran Wayang Wahyu) dalam bahasa jawa ‘Melik Nggendong Lali’“, kata Romo Agustinus Handi Setyanto, Pr sebagai dalang pagelaran Wayang Wahyu.

Panitia juga mengundang Bapak Bupati Kabupaten Semarang H. Ngesti Nugraha, Bapak Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Jawa Tengah Drs. H. Taslim Sahlan dan Tokoh Seni Budaya dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta Bapak Dr. Aris Wahyudi. “Mari kita bersama-sama melestarikan seni budaya yang ada di negara kita. Mari kita berusaha semoga dengan kerja sama serta adanya bantuan dari semua pihak mudah-mudahan semakin maju dan sejahtera. Amin”, ucap Bupati Kabupaten Semarang dalam sambutannya.

Salah satu umat mengungkapkan sangat bersyukur dengan terselenggaranya rangkaian suroan ini. “Umat sangat kompak dalam upaya melestarikan kebudayaan, khususnya budaya jawa. Dengan masyarakat non-Katolik bisa ambil bagian, misalnya adanya Tembangan ‘Tombo Ati’ memberikan kesan orang Katolik dapat berbaur dengan siapa saja tanpa membedakan ras, suku dan agama”, jelasnya.

Para panitia sangat puas atas keberlangsungan acara yang dapat berjalan dengan baik dan dengan kehadiran Bupati Kabupaten Semarang dan umat menjadikan kebanggaan bagi panitia. “Antusias umat yang hadir cukup mengapresiasi acara, baik Misa Inkulturasi maupun Pagelaran Wayang Wahyu, meski banyak yang undur diri setelah jam 23.00 karena usia dan larut malam. Sedangkan umat yang menonton di Youtube juga ada yang memberikan ucapan selamat atas kerja panitia dan kalo dilihat dari jumlah penonton di streaming tembus 1,5 ribu”,  jelas Ketua Panitia Suro T. Chris Hardjanto.

Sarasehan dan Temu Budaya (Suroan) yang dibuka untuk umat paroki dan masyarakat umum ini selaras dengan tujuan acara Sarasehan dan Temu Budaya (Suroan), yaitu mengajak umat untuk ambil bagian dalam upaya pelestarian budaya dan membangun persaudaraan yang sesuai dengan ajaran Gereja. Oleh karena itu, mari kita mencintai perbedaan dan melestarikan warisan budaya sebagai wujud pewartaan dan sarana pemersatu bangsa. Harapannya acara ini dapat dilaksanakan kembali setiap tahunnya.

Reporter: AGAS, E
Editor: ADV