Pandemi covid-19 yang telah mereda, membuat aktivitas masyarakat perlahan kembali seperti sedia kala. Begitu pula dengan pembatasan kegiatan gereja yang semakin dilonggarkan. Seperti misalnya, sistem pendaftaran misa secara perlahan sudah dihapus dan tidak ada lagi batasan usia bagi umat yang ingin mengikuti perayaan ekaristi mingguan di gereja. Kegiatan pertemuan kelompok kategorial dan beragam program pelayanan akhirnya juga dapat dilaksanakan kembali secara aktif.
Salah satunya yaitu pendalaman musik di Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta pada hari Minggu, 24 April 2022. Kegiatan itu bertujuan meningkatkan pemahaman dan penghayatan dalam perayaan iman / liturgi ekaristi di gereja. Pendalaman musik diikuti oleh 13 orang yang merupakan tim musik gereja, perwakilan pemazmur, dan dirigen dari Bidang Liturgi Paroki Kristus Raja Ungaran, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Tim dari Gereja Kristus Raja Ungaran disambut oleh Romo Karl-Edmund Prier, SJ setiba di PML. Selain menjadi pendiri PML, Pastor Katolik asal Jerman itu juga telah banyak berkiprah di dunia musik liturgi Gereja Katolik Di Indonesia. Kegiatan pendalaman musik liturgi juga diisi oleh Ibu dan Bapak pengajar, yang telah telah menciptakan beragam buku musik liturgi.
Kegiatan dibagi ke dalam tiga sesi, yaitu pendalaman tugas organis, pelatihan dirigen dan pemazmur, serta praktek memainkan organ secara singkat. Romo Prier menyampaikan, sebagai organis gereja, perlu memperhitungkan PML; “P” yaitu program atau konsep dalam memainkan sebuah lagu (piano atau forte, arsis–tesis); “M” yaitu mantap, organis harus dapat memainkan organ dengan berani bahkan ketika harus memainkan lagu secara non legato (terputus); dan “L” yaitu lirik atau latihan, organis perlu memahami lirik dari lagu yang dimainkan agar dapat meresapi dan menjiwai lagu yang dimainkan, serta harus berlatih sebelum bertugas.
Tak hanya secara teori, organ juga langsung dimainkan oleh Romo Prier dan Bapak Sugeng. Beberapa lagu dinyanyikan bersama, dipimpin oleh Bapak Agus Surono sebagai dirigen. Melayani musik liturgi di gereja sama halnya dengan mengemban tanggung jawab yang besar dalam perayaan ekaristi. Maka dari itu, baik organis, pemazmur, maupun dirigen, hendaknya mengikuti perayaan liturgi dengan penuh kesadaran. Selain itu perlu juga menguasai lagu secara mendalam sehingga makna dari lagu tersebut sampai kepada umat dan “dapat mengangkat hati umat kepada Allah dan ke surga”. (SC 120)
Selepas menyantap makanan yang disediakan oleh tim PML, sesi selanjutnya adalah sesi tanya jawab dan sesi berbagi pengalaman tentang tugas dirigen oleh Ibu Elisabeth. Kemudian acara dilanjutkan dengan mempelajari buku Mazmur Tanggapan versi baru, versi lama, dan juga buku alternatifnya. Sesi ini ditutup dengan bersama-sama menyanyikan lagi Mazmur Tanggapan dengan alunan musik organ yang dimainkan oleh Bapak Sugeng, bas bambu oleh Bapak Danan, angklung oleh Bapak Wahyudi yang berkolaborasi dengan Bapak Anton dari GKRU.
Kemudian para organis dipersilahkan masuk ke dalam sebuah ruang kaca bersekat. Masing-masing ruangan tersedia satu organ untuk setiap organis. Di situ setiap peserta diminta untuk belajar memainkan lagu non legato, dan secara bergantian didampingi oleh para tim dari PML.
Selama lebih kurang 3 (tiga) jam penuh, tim dari PML sudah berbagi materi pendalaman musik liturgi secara singkat, serta memberikan tips-tips pelayanan kepada tim musik dari GKRU. “Sesuatu yang bagus harus berhenti, agar tercipta rasa rindu untuk kembali,” tutup Romo Prier, SJ. Acara yang tadinya dibuka dengan menyanyikan lagu dari Madah Bakit, kali ini juga ditutup dengan menyanyikan lagu Madah Bakti “Bunyi Nafiri”, rasanya spesial karena diiringi langsung oleh Romo Prier, SJ. Walaupun materi dasar yang singkat, namun topik dibahas cukup mendalam dan semua disajikan dengan begitu menyenangkan.
Beranjak dari PML, tim musik Liturgi Paroki Kristus Raja Ungaran melakukan ziarah sejenak ke Gua Maria Gantang di Magelang. Asri Paramitasari, selaku koordinator kegiatan menyampaikan, “kegiatan berjalan dengan baik dan akhirnya program yang sudah lama direncanakan terlaksana, sehingga teman-teman organis dapat lebih mendalami musik liturgi dan belajar langsung dari pusatnya musik liturgi gereja”.
Semoga pendalaman ini bisa menjadi bekal tim musik liturgi Paroki Kristus Raja Ungaran untuk semakin melayani dengan baik, sehingga perayaan ekaristi dapat terasa lebih khidmat dan membantu umat dalam memuji nama Tuhan dengan sepenuh hati.
*Nomor tertentu dalam Sacrosanctum Concilium, Dokumen Konsili Vatikan II, yang dikutip dalam buku “Panduan Musik Liturgi” (PML A-85) karangan Rm. Karl-Edmund Prier, SJ.
Penulis: AD, JS
Editor : AA