Liturgi, Tidak Hanya jadi Tanggung Jawab Prodiakon Lingkungan atau Romo Saja

Liturgi, Tidak Hanya jadi Tanggung Jawab Prodiakon Lingkungan atau Romo Saja

Minggu, 20 Maret 2022, sekolah liturgi diadakan di Aula SD Mardi Rahayu Ungaran. Kegiatan berlangsung mulai dari pukul 10.00 hingga 15.00. Sekolah liturgi diikuti  73 orang yang terdiri dari peserta, pembicara dan panitia. Dari jumlah tersebut, setidaknya ada satu orang perwakilan dari seluruh lingkungan di Paroki Kristus Raja Ungaran. 

“Sekolah liturgi itu sebetulnya kalau dari kami komisi liturgi memikirkan 3 tahun yang lalu untuk mendampingi paroki-paroki dalam membuat kaderisasi pelayan-pelayan liturgi di paroki. Jadi siap untuk bekerja di bidang liturgi maupun pelayan pelayan di lingkungan,“ kata Romo Yohanes Sunaryadi Pr.

Bapak Hendra selaku ketua panitia juga berkomentar, “sekolah sinode juga menjadi salah satu interaksi yang dapat dimanfaatkan oleh tim pelayanan bidang liturgi paroki untuk lebih dekat dengan tim liturgi yang berada di lingkungan. Dengan adanya peluang tersebut tim pelayan bidang liturgi mengambil kesempatan untuk mengadakan sekolah liturgi di Paroki Kristus Raja Ungaran ini.”

Romo Sunar menjelaskan tujuan diadakannya sekolah liturgi adalah supaya para pelayan liturgi semakin siap untuk menjalankan pelayanannya dalam melayani umat terutama dalam bidang liturgi. Hal itu juga termasuk dalam mendampingi umat, supaya perayaan liturgi tidak hanya dirayakan sampai pada ritus-ritus belaka tetapi sampai kepenghayatan dan perwujudannya. 

Bapak Hendra menambahkan tentang adanya beberapa umat kita yang masih keliru tentang tata gerak dan tata cara beribadat dalam gereja. Secara tradisi katolik, masih banyak yang terlupa. “Kita berharap dengan adanya sekolah liturgi ini perwakilan dari lingkungan ini bisa mengerti bisa meyakini dan bisa menyampaikan kepada umat yang ada di lingkungan.” Imbuhnya.

Kegiatan sekolah sinode ini terdiri dari 3 sesi materi. Materi pertama mengenal apa itu tugas dan wewenang yang ada di dalam tim liturgi. Untuk sesi kedua membahas prinsip-prinsip liturgi. Dan sesi terakhir membahas tentang mazmur dan TPE. Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut terlihat antusias. Banyak pertanyaan yang menarik dan bervariasi yang diungkapkan oleh peserta.Terkait dengan kegiatan ini, Romo Sunar berharap agar pelayan liturgi baik di paroki maupun yang berada dilingkungan agar tidak berhenti belajar. “Apapun itu tidak ada yang tidak bisa dipelajari. Belajar terus sepanjang hidup lalu melayani dengan semakin dengan hati yang penuh dalam Tuhan sehingga nanti banyak buah yang dihasilkan.”

Bapak Hendra menambahkan, “ada kesan dari umat melihat, menjadi (anggota tim) bidang liturgi itu (tugasnya) berat dan susah sekali, padahal sebenarnya petugas liturgi itu sangat mudah. Berkaitan dengan bagaimana kita bisa beribadat di gereja dengan baik, di lingkungan dengan baik. Tradisi katolik kita dari dulu kan memang sudah diturun temurun ke kita. “

Kemudian Bapak Hendra berpesan, “setelah adanya kegiatan liturgi ini, digunakan untuk menambah wawasan tentang bagaimana kita berliturgis di gereja maupun di lingkungan. Jadi kalau bisa, setiap lingkungan itu ada tim khusus yang menangani liturgi. Jadi jangan mencampurkan dengan prodiakon yang dianggap itu liturgis. Juga tetapi, (hal) itu harus dibenahi. Karena liturgi itu kan menyiapkan ibadat, menyiapkan ibadat kepada prodiakon atau kalau misa kepada romo. Mungkin menyiapkan segalanya, yang penting ada bidang liturgi di setiap lingkungan.”

Penulis : MB
Editor: AA, GRA